KONSEP PENYAKIT
GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN
DENGAN KASUS HEPATITIS B
A. PENGERTIAN.
Hepatitis B merupakan
peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus.
Manifestasi penyakit ini bervariasi dari akut sampai kronik. Brumberg merupakan
orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang disebut sebagai Australia
Antigen pada tahun 1962 dari serum
seorang Aborigin Austraslia. Pada tahun 1970 Dane menemukan virus lengkap yang
kemudian dinamakan partikel Dane.
B. ETIOLOGI.
- Hepatitis virus A.
Disebabkan oleh
virus hepatitis A yang terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung.
Berukuran 27 nm dan termasuk enteral virus vikorna yang mirip virus polio
- Hepatitis virus B
Virus yang
lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang di sebut partikel Dane.
- Hepatitis C,
Merupakan contoh virus tipe non A
dan non B yang ditularkan tertama melalui tranfusi darah serta produkdarah
lainnya.
- Hepatitis D agen delta.
Virus yang
berukursn 35-37 nm dan terdiri dari nukleo protein RNA merupsksn hibrid DNA
virus hepatitis B
C. TANDA DAN GEJALA.
Infeksi HBV dapat menimbulkan
akibat klinis yang berbeda-beda bagi setiap individu, penderita dapat mengalami
salah satu dari beberapa keadaan seperti dibawah ini ;
¶ Tetap sehat.
Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan
( anti HBS ).
· Mengidap
tetapi tetap sehat.
Bila HBS Ag menetap ( persistem ) selama
lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan virus.
¸
Hepatitis akut ikterik.
Ditandai masa
prodromal selama 3 – 6 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu, pasien merasa tidak
sehat, anorexia, mual, kadang demam ringan, ras sakit pada bagian kanan atas
perut, rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat
timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi lebih gelap
seperti the pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus )
selama beberapa hari, hati teraba membesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang
disertai pembesaran linfe. Setelah 1 – 4 minggu masa ikterik,
penyembuhan berlangsung dengan sendirinya ditandai oleh meredanya ikterus,
kembalinya nafsu makan dan keadaan kembali normal.
¹ Hepatitis
akut an ikterik.
Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya hanya anorexia dan
ganguan pencernaan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia
ringan, pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara
makroskopis berwarna seperti the pekat.
ยบ
Hepatitis akut tulminan.
Bentuk ini hampir
semuanya mempunyai prognosis jelek, kematian biasanya terjadi dalam 7 – 10 hari
ssejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik,
faktor hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus yang
menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan didapatkan hati yang
mengecil purpura, dan perdarahan gastrointestinal.
»
Hepatitis Kronik.
Diduga bahwa
pasien Hepatitis B kronik mengalami episode subklinis dari hepatits akut dengan
gejala yang sangat ringan sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah
kromositas dimulai manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal
selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi HBS Ag
serum. Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang hilang timbul pada saat
general chek- up, tampak adanya ikterus, spider neri, hepato splenomegali,
eritema palmar dan kelainan biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat
dipastikan dengan pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik
aktif umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis.
D. PATOFISIOLOGI.
Masa inkubasi
bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi virus dalam hati meningkat, yang
di ikuti oleh penampilan komponen virus dan nekrosis sel hati bersama respons
peradangan yang menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti
pada infeksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C
(nonA dan non B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan warna hati
nampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit oedem, membesar dan berwarna
seperti empedu. Secara histologi, terjadi kekacauan hepatoseluler, cedera dan
necrosis hati, dan peradangan perifer.
Perubahan
reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, necrosis sub
masif atau masif dapat mengakibatkan payah hati yang berat dan kematian.
Hepaptitis virus
D merupakan hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri
secara langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak bentuk
hepatitis kronik.
|
|
|||||||||||||||||||
|
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Tes serologik :
HBS Ag (+).
2. Tes Hibridasi :
HBV DNA.
3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV Diva Polimerase.
4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT meningkat.
5. USG :
Biasanya hanya dapat mendeteksi Hepatomegali yang tidak spesifik.
6. Pemeriksaan
Histologik : Biopsi Hati.
Penting
untuk menilai aktivitas, mendeteksi ada tidaknya sirosis, mencari kemungkinan
penyebabnya dan menilai hasil pengobatan. Dewasa ini diagnosis untuk sebagian
besar pasien Hepatitis B kronik ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
peningkatan kadar SGOT, SGPT dan Gama GT, dengan tanpa Hiperbilirubinemia, HBS
Ag (+), menetap dan gambaran Ultrasonography.
F. INTERVENSI MEDIS.
- Pencegahan
a.
Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam
bulan sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah
dan produk darah.
b.
pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis
infeksiosa memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB,
intramuskular.
- Obat-obatan terpilih.
a.
Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan
nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
Contoh : -
Hidrocotison 100 mg
intravena tiap 6 jam.
|
Interveron, hanya diberi
pada kasus –kasus agak berat.
Starting dosis 40 mg / hr
dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.
|
b.
Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr
peroral.
c.
Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d.
Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10
mg/ hr intravena.
e.
Roboransia.
f.
Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g.
Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h.
Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
- Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
- Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
- Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
G. DAFTAR PUSTAKA.
- Doenges, Marylinn A. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Jakarta, ECG 1999.
- Haznam, M.W. Kompendium Diagnostik dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II , Bandung 1992.
- Junaidi, Purnawan. Soemasto, Atiek S.Amek, Husna, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 2 Jakarta, Media Aesculapius FKUI, 1982.
- Price, a. Sylvia. Wilson, Loraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi ke 4 Buku I Jakarta EGC, 1994.
- Sabiston, Buku Ajar Bedah Bagian 1, Jakarta, EGC 1992
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS.
A.
Dasar data pengkajian.
1.
Aktivitas dan
istirahat.
Gejala : · Kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
2.
Sirkulasi
Tanda : · Bradikardi hiperbilirubinemia berat.
·
Ikerik pada
sklera, kulit dan membran mukosa
3.
Eliminasi.
Gejala : · Urine gelap.
· Diare / konstipasi, faeses berwarna tanah
liat.
· Adanya / berulangnya hemodialisa.
4.
Makanan dan cairan
Gejala. : · Anorexia, penurunan / peningkatan berat
badan (oedem).
· Mual / muntah.
Tanda : · Asites.
5.
Neurosensori
Tanda : · Peka rangsang, cenderung tidur, letargi,
asteriksis.
6.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : · Kram abdomen, nyeri tekan pada kwadran
kanan atas.
· Mialgia, artralgia, sakit kepala.
· Gatal-gatan (pruritus)
Tanda : · Otot tegang, gelisah.
7.
Pernapasan
Gejala : · Tidak minat / enggan merokok (perokok).
8.
Keamanan
Gejala : · Adanya transfusi darah / produk darah.
Tanda : · Demam
· Ultikarya, lesi makulopapular, eritema tak
beraturan.
· Eksaserbasi jerawat.
· Angioma jaring-jaring, eritema falmer,
ginekomastia.
( kadang-kadang ada pada hepatitis
alkoholik)
· Splenomegali, pembesaran nodus servikal
posterior.
9.
Sexualitas
Gejala : · Pola hidup / prilaku meningkatkan resiko
terpajan
10. Penyuluhan /
pembelanjaran
Gejala : · Riwayat diketahui / mungkin terpajan pada
virus, bakteri, atau toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah
atau darah. : Pembawa (simptomatik atau asimptomatik) : adanya presedur bedah
dengan anestesi haloten : terpajan pada kimia toksik ( contoh ; karbon
tertraklorida, vinil klorida ) Obat resep ( contoh ; Sulfonamid, fenotiazid,
isoniazid ).
·
Perjalanan / imigran dari Cina, Afrika, Asia
Tenggara, Timur Tengah ( hepatitis B (HB) endemik di area ini ).
·
Obat jalanan (IV) atau penggunaan alkohol.
·
Diabetes, Gagal jantung kronis, atau penyakit
Ginjal.
·
Adanya infeksi seperti Flu pada pernafasan atas.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN.
- Intoleransi aktivitas, dapat dihubungkan dengan :
·
Kelemahan umum, penurunan kekuatan / ketahanan,
nyeri.
·
Mengalami keterbatasan aktivitas / depresi.
Kemungkinan
dibuktikan dengan :
·
Laporan kelemahan, ketidaknyamanan kerja.
·
Penurunan kekuatan otot.
·
Menolak untuk bergerak.
v Tujuan jangka
pendek :
Menyatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan
individu.
v Tujuan jangka
panjang : Z Menunjukan
tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Z
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi
aktivitas.
v Rencana
intervensi.
1.
Tingkatkan tirah baring / duduk, berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung
sesuai keperluan.
2.
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit
yang baik.
3.
Tingkatkan aktivitas esuai toleransi, bantu
melakukan latihan rentang gerak pasif / aktif.
4.
Dorong penggunaan tehnikmanajemen stress, contoh
relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imaginasi, berikan aktivitas
hiburan yang tepat, contoh ; menonton TV, radio dan membaca.
v Rasionalisasi.
1.
Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan
energi yang digunakan untuk penyembuhan, aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini
menurunkan aliran darah kekaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
2.
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini
dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
4.
Meningkatkan relaksasi & penghematan energi,
memusatkan perhatian & koping.
- Nutrisi, perubahan ; kurang dari kebutuhan tubuh. Dapat dihubungkan dengan ;
·
Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
; anorexia, mual , muntah.
·
Gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan ;
penurunan peristaltik (refleks viseral0 empedu tertahan.
·
Peningkatan kebutuhan kalori / status
hipermetabolik.
Kemungkinan
dibuktikan oleh ;
Z
Enggan makan / kurang minat terhadap makan.
Z
Gangguan sensasi pengecap.
Z
Nyeri abdomen / kram.
Z
Penurunan berat badan ; tonus otot buruk.
v Tujuan jangka
pendek :
Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan /
meningkatkan berat badan yang sesuai.
v Tujuan jangka
panjang : Menunjukan
peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
v Rencana tindakan.
1.
Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan
makanan sedikit dalam frekuensi sering da tawarkan makan pagi paling besar.
2.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
3.
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
4.
Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
v Rasionalisasi.
1.
Makan banyak sulit untuk mengukur bila pasien
anorexia.. anorexia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada
sore hari.
2.
Menghilangkan rasa tidak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
3.
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4.
Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada
produksi & pengeluaran empedu & perlunya pembatasan masukan lemak bila
terjadi diare. Bila toleran masukan normal atau lebih protein akan membantu
regenerasi hati.
- Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap. Faktor resiko meliputi :
·
Kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare,
perpindahan area ketiga ( acites ).
·
Gangguan proses pembekuan.
v Tujuan jangka
pendek :
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat dan haluaran urien
sesuai.
v Tujuan jangka
panjang :
Tidak terjadi hidrasi yang berulang.
v Rencana
intervensi.
1.
Awasi masukan dan haluaran , bandingkan dengan berat
badan harian, catat kehilangan melalui
usus, contoh ; muntah dan diare.
2.
Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler
(kapiler refill), turgor kulit dan
membran mukosa.
3.
Observasi tanda perdarahan, contoh ; hematuri /
melena, ekimosis, perdarahan terus-menerus dari gusi / bekas injeksi.
4.
Kolaborasi ; awasi ( observasi ) nilai laboratorium,
contoh : HB, Na + dan waktu pembekuan.
v Rasionalisasi.
1.
Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek therapy ;
catatan : diare dapat berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin
terjadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal
dengan kongesti vaskuler pada traktus GI atau sebagai hasil penggunaan obat (
neomisin ) laktolosa untuk menurunkan kadar amonia serum pada adanya
ensefalopati hepatik.
2.
Indikator volume sirkulasi / perfusi.
3.
Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi
memnjang bila absobsi vitamin k terganggu
pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena pengaruh hati.
4.
Menunjukan hidrasi dan mengidentifikasi retensi
natrium / kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan edema, defisit pada
pembekuan potensial berasiko perdarahan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN HEPATITIS
5. PENGKAJIAN
I.
BIODATA.
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Ahmad Masturi
Umur : 53 th.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Banjar
/ Indonesia.
Status perkawinan : Kawin.
Alamat : Jl. A. Yani. Gg. H. Abdul Kadir. No 34 Loktabat.
Tgl masuk RS /
Pusk : 17-9-2001
Tgl pengkajian : 17-9-2001
Nomor register : 961853
Dignosa medis : Hepatitis
B Akut.
B.
IDENTITAS
PENANGGUNG JAWAB.
Nama : Ny. Siti Aminah.
Umur : 49 th.
Jenis kelamin : Perempuan.
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam.
Alamat : Jl. A.Yani
Gg H. Abdul Kadir. No 34
Loktabat.
II.
RIWAYAT PENYAKIT.
A.
Keluhan utama.
Rasa nyeri pada
daerah hepar / hati, disertai suhu tubuh yang turun naik.
B.
Riwayat penyakit sekarang.
Suhu tubuh
meningkat sejak tanggal 10-9-2001, pada malam hari ± jam 23.00. kemudian pada pagi hari sekitar
jam 07.30 suhu tubuh mulai berangsur turun. Kejadian ini terus berulang sampai
1 minggu. Suhu dapat cepat meningkat apabila px banyak beraktifitas. Keluhan
lain yang dirasakan pasien adalah rasa mual dan rasa nyeri menusuk pada daerah
ulu hati / epigastrium.
Tanggal 13-9-2001
px nerobat ke PKM Banjarbaru, dapat therapi :
~
Antasida 3
x 1 tab
~
Paracetamol 3
x 1 tab
~
B 6 3
x 1 tab
~
B Complek 3
x 1 tab
Tanggal 15-9-2001 pagi hari saat px bangun
tidur, kulit kekuning-kuningan, terutama pada ekstremitas atas, pada sore hari
akhirnya menyebar keseluruh tubuh termasuk daerah mata, disertai rasa nyeri
menusuk pada daerah hepar, akan bertambah sakkit bila px nerjalan /
beraktifitas, dan akan terasa nyaman apabila px beristirahat atau berbaring.
Akhirnya pada tanggal 17-9-2001 jam 08.30 px dibawa berobat ke RSU Banjarbaru.
C. Riwayat penyakit terdahulu.
Sebelumnya
pasien belum pernah menderita nyeri hepar seperti ini. Hanya demam , batuk dan
flue saja. Rasa nyeri pada epigastrium
(maag) sudah diderita px sejak lama & sering minum obat antasida ( promaag ).
III. PEMERIKSAAN FISIK.
A.
Keadaan umum.
Kesadaran :
Komposmentis.
Vital sign · TD : 110 / 80 mmhg · Temp
: 38,5° C.
· Nadi : 88 x / mt · Resp : 28 x / mt.
·
TB : 160
cm · BB : 65 kg.
B.
Kulit.
·
Kulit tampak ikterik, lesi (-). Tanda peradangan (-). Gejala cianosis (-).
·
Turgor kulit baik, cepat kembali < 2 detik.
·
Kelembaban kulit baik.
·
Terdapat bekas luka
( sikatrik ) pada tangan kanan pasien
C.
Kepala.
·
Warna rambut hitam pekat, tampak adanya uban pada
sebagian rambut.
·
Distribusi rambut merata.
·
Tidak terdapat adanya benjolan.
·
Bentuk kepala mesosepal.
D.
Penglihatan.
·
Tidak terdapat adanya oedema palpebra.
·
Konjungtiva mata tampak ikterik.
·
Sklera mata ikterik (+).
·
Refleks pupil terhadap cahaya (+).
·
Pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
E.
Penciuman
& Hidung.
·
Bentuk hidung simetris.
·
Pernafasan cuping hidung (+).
·
Tidak terdapat adanya sekret pada lubang hidung.
·
Penciuman baik, dapat membedakan aroma / bau
F. Pendengaran & Telinga.
·
Bentuk telinga simetris dextrta dan sinistra.
·
Lubang telinga bersih, tidak terdapat adanya sekret.
·
Pendengaran berfungsi baik. Dapat merespon dengan
baik pertanyaan perawat
G. Mulut.
·
Bentuk bibir simetris atas dan bawah.
·
Mukosa bibir kering dan tampak pucat.
·
Warna lidah merah bercak keputihan.
·
Tidak terdapat adanya pembengkakan gusi.
H. Leher.
·
Pulsasi vena
jugularis (-).
·
Pembesaran kelenjar thyroid (-).
·
Tidak ada pembatasan gerak leher.
I.
Dada / Pernafasan / Sirkulasi.
·
Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+). Ikterik
(+).
·
Fremitus vokal (+) dextra dan sinistra.
·
BJ 1 dan Bj 2 terdengar, ronchi & whezing (-).
J.
Abdomen.
·
Bentuk simetris, ascites (-). Ikterik (+).
·
Teraba pembesaran hati didaerah lumbal kanan.
·
Nyeri tekan epigastrium (+).
·
Bunyi tympani (+), ascites (-).
·
Terjadi penurunan bising usus.
K.
Sistem reproduksi.
·
Jenis kelamin laki-laki.
·
Menurut pasien tidak ada gangguan / kelainan pada
organ reproduksi.
·
Mempunyai anak 4 orang. 2 E dan 2 F.
L.
Ekstremitas atas
& bawah.
·
Akral hangat, ekstremitas atas dapat digerakan,
terpasang infus pada tangan kanan. Ikterik (+). Bentuk tangan simetris, jumlah
jari lengkap,pertumbuhan kuku normal.
·
Ekstremitas bawah dapat digerakan, ikterik (+).
Tonus otot lemah.
·
Adanya kelemahan umum dalam beraktifitas.
IV.
KEBUTUHAN FISIK,
PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.
A.
Aktivitas & Istirahat.
·
Di rumah : aktivitas sehari-hari sebagai PNS dikantor
Peternakan, dari pagi sampai sore hari.
·
Pola istirahat tidur malam berkisar ± 6 - 7 jam.
·
Di RS : aktivitas di RS dibantu oleh istri pasien.
Istirahat siang hanya 1 jam, dan istirahat / tidur malam ± 6 jam.
B.
Personal
hygiene.
·
Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehari.
·
Ganti baju 2 x sehari.
·
Potong kuku 1 minggu sekali. Sanitasi air bersih
dari sumber PDAM
·
Selama di RS pasien tidak bisa mandi, hanya diseka
saja oleh istri pasien.
C.
Nutrisi.
·
Pola makan biasanya
3 x sehari, terdiri dari lauk dan
pauk.porsi sekali makan bisa sampai 2 piring.
·
Minum air putih sampai dengan 1 ½ liter sehari.tidak
suka minum kopi.
·
Di RS diet px bubur
rendah lemak. Tetapi px hanya mampu menghabiskan ½ bagian saja.
·
Nutrisi parenteral
Ivfd RL 20 tts / mt.
D.
Eliminasi.
·
Di rumah : Pola BAB 1 x sehari, biasanya pada pagi
hari.
Pola
BAK 5 – 7 sehari.
·
Di RS : Pola BAK tidak ada keluhan, tetap seperti
biasa.
Sejak
masuk RS sampai dengan sekarang px belum ada Bab
E.
Sexualitas.
·
Lamanya menikah
28 tahun
·
Istri pasien 1 orang berusia 48 tahun.
F.
Psikososial.
·
Selama di RS pasien tampak tenang menerima
penyakitnya.
·
Pasien tampak koopertif dan terbuka dengan perawat.
G.
Spiritual.
·
Pasien beragama Islam.
·
Menurut pasien, Sejak sakitnya mulai parah ia tidak
dapat sembahyang seperti biasanya.
·
Pasien tampak tabah dalam menjalani program
pengobatan.
V.
PROSEDUR
DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN.
A.
Laboratorium.
NO
|
HARI & TANGGAL
|
JENIS
PEMERIKSAAN
|
KATEGORI NORMAL
|
HASIL PEMERIKSAAN
|
1
|
Selasa
18-9-2001
|
~
HB
~
Leokosit.
~
LED
~
Diff count.
~
Bilirubun total.
~
Ureum
~
Kretinin
~
SGOT
~
SGPT
~
Urein lengkap
|
~
14 – 16 gr %
~
5000 – 10,000 mm3
~
0 – 10 mm / jam
~
31 u/l
~
46 u/l
|
~
10,6 gr %
~
7800 /mm3
~
16 mm / jam
~
0/4/0/50/47/0
~
13,99 %
~
20,22 %
~
1,0 mg
~
189,0 u/l
~
200,5 u/l
~
red (+)
~
alb (-)
~
urob (+++)
~
bill (+++)
~
epitel (+)
~
leo (+) 1-3 /lp
~
erit (+) 0-1/ lp
~
crist (-)
~
cast (-)
|
B.
Rontgen
Hasil :……………………..
C.
EKG.
Hasil :…………………….
D.
Pemeriksaan lain ( EEG, USG, CT Scan, dll ).
E. Pengobatan :
·
Amoxycilin
tab 3 x 1 tab
·
Curcuma tab 3 x 1 tab
·
B 6 tab 3 x 1 tab
·
Procholin tab 3 x 1 tab
·
Glikoben tab 3 x ½ tab
·
Antasida tab 3 x 1 tab
·
Actrapid inj 3 x 4 ml ( per 8 jam )
·
IVFD Rl 20 tts /mt.
v ANALISA DATA
NO
|
Data Subyektif & Obyektif
|
ETIOLOGI
|
MASALAH |
1.
2.
|
Data Subyektif ;
Pasien mengatakan adanya
kelemahan ekstremitas secara umum.
Data
Obyektif ;
~
Adanya keterbatasan aktivitas
~
Terjadi penurunan kekuatan otot.
~
Ketergantungan pasien dalam beraktifitas dengan
istrinya.
~
Terpasang infus RL 20 tts/mt
Data
subyektif ;
~
Penurunan nafsu makan.
~
Adanya rasa mual.
~
Rasa nyeri di daerah epigatrium.
Data
Obyektif ;
~
Porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan, hanya
mampu menghabiskan ½ porsi dari yang
disediakan
|
Adanya
kelemahan umum, disertai rasa nyeri didaerah hepar
Gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan
|
Intoleransi
aktifitas.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
|
Hari & tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Perencanaan
|
Implementasi
|
||
Tujuan
|
Tindakan
|
Rasionalisasi
|
||||
1
2.
3
|
Selasa
18-9-01
Selasa
18-9-01
Selasa
18-9-01
|
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan :
~
Adanya keterbatasan aktifitas.
~
Ketergantungan pasien dengan istrinya dalam
melakukan aktifitas.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, ditandai dengan :
~
Penurunan nafsu makan.
~
Porsi makan sedikit, hanya ½ porsi saja.
~
Rasa mual.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada
patogen.
|
Jangka pendek :
Menyatakan
pemahaman terhadap situasi serta faktor resiko dan program ADL
Jangka panjang
:
Menunjukan
tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Jangka panjang
:
Pasien dapat
menunjukan perilaku untuk mempertahankan berat badan.
Jangka
pendek :
Tidak terjadi
anorexia berkepanjangan
Jangka pendek :
Menyatakan
pemahaman terhadap faktor resiko.
Jangka panjang
:
Menunjukan
tehnik & melakukan perubahan pola
hidup untuk menghindari infeksi ulang
/ transmisi ke orang lain.
|
1.
Tingkatkan tirah baring duduk beri lingkungan
tenang dan batasi jumlah pengunjung.
2.
Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleansi, bantu
melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif / aktif.
3.
Ubah posisi sesering mungkin serta berikan
perawatan kulit yang baik.
4.
Dorong penggunaan tehnik manajemen stres, berikan
hiburan yang tepat.
1.
Awasi terulangnya anorexia & nyeri tekan
pembesaran hati.
2.
Awasi masukan dan haluaran,bandingkan dengan BB
harian, catat kehilangan cairan baik lewat oral – usus.
3.
Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
4.
Kolaborasi ;
Observasi nilai
laboratorium setiap hari.
1.
lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasn
termasuk cuci tangan efektif.
2.
Awasi / batasi jumlah pengunjung.
3.
Jelaskan prosedur isolasi pada pasien dan keluarga.
4.
Berikan informasi tentang adanya Gama Glabulin,
ISG HBIG. Vaksin HB.
|
1.
Meningkatkan istirahat dan ketenangan menyediakan energi
yang digunakan untuk penyembuhan.posisi duduk tegak dapat menurunkan aliran
darah kekaki.
2.
Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu
3.
Meningkatkan fungsi pernafasan dan
meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan kerusakan jaringan.
4.
Meningkatkan relaksasi &
penghematan energi, memusatkan perhatian dan dapat meningkatkan koping
1.
Menunjukan
kurangnya resolusi /
eksaserbasi penyakit memerlukan istirahat lanjut.
2.
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti /
efek therapy.
3.
Sebagai indikator volume sirkulasi / perfusi.
4.
Dapat menunjukan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium / kadar protein yang dapat
menimbulkan pembentukan oedema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko
perdarahan.
1.
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain
melalui cuci tangan efektif dapat mencegah transmisi virus.
2.
Pasien terpajan terhadap proses infeksi (
khususnya respiratorius ) potensial resiko kompliksi sekunder.
3.
Pemahaman alasan untuk perlindungan diri dan orang
lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4.
Efektif dalam mencegah Hepatitis virus pada orang yang terpajan tipe hepatitis dan
periode inkubasi.
|
1.
Menganjurkan pasien untuk istirahat di tempat
tidur dan duduk perlahan-lahan sesering mungkin.
2.
Menganjurkan pasien untuk dapat menggerakan bagian
tubuhnya sesering mungkin
3.
Mengubah posisi tidur px sesering mungkin, serta memberikan bedak di
punggung pasien
4.
Menganjurkan pasien untuk tidur sambil membaca
buku / nonton TV
1.
Observasi keadaan umum pasien, dan saat makan
pasien. Observasi derajat anorexia pasien.
2.
Catat jumlah masukan dan haluaran pasien dalam
lembar BCP,
3.
Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam sekali.
1.
Lakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien.
2.
Mmbatasi jumlah pengunjung dengan alasan yang
tepat.
3.
Menjelaskan pada pasien mengenai patofisiologi
penyakitnya serta proses penyebaran virusnya.
4.
HE kepada pasien dan keluarga tentang imunisasi
pencegahan terhadap virus HB.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
|
HARI / TGL
|
NO
DIAGNOSA
|
PERKEMBANGAN
|
PARAF
|
1
2
3
|
Kamis
20 – 9 - 2001
16.00
Kamis
20 – 9 - 2001
17.00
Kamis
20 – 9 - 2001
17.30
|
No 1
No 2
No 3
|
S
: Pasien mengatakan kelemahan tonus otot berkurang.
O
: Pasien sudah mampu bangun tidur / duduk sendiri tampa bantuan orang lain.
A
: Kelemahan tonus otot mulai teratasi.
P
: Pasien mampu melakukan peningkatan toleransi aktivitas serta tidak
tergantung pada orang lain.
I
: Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi
pasif dan aktif.
E
: Pasien mampu bangun tidur dan berdiri tanpa dibantu, tapi untuk berjalan ke
WC tetap dibantu.
R
: Masalah teratasi.
S
: Rasa mual mulai berkurang.
O:
Nafsu makan tampak mulai membaik
A:
Masalah mulai teratasi.
P:
Pertahankan intake nutrisi pasien.
I: Kolaborasi dengan tim medis untuk
meneruskan terafi dan suport pasien untuk mempertahankan intake yang adekuat
E:
Pasien mampu menunjukan bebas tanda malnutrisi.
S
: Tidak ada keluhan dari gejala / tanda tanda infeksi, contoh panas.
O : Tidak terdapat gejala
infeksi
A : Tidak terjadi infeksi
sekunder
P : Teriskan rencana dan
tindakan septik dan sterilisasi.
|
|